6 KALI USULAN DI MUSRENBANG TIDAK TEREALISASI, WARGA GUNAKAN GEDUNG SERBAGUNA UNTUK IBADAH

Kepala Kampung Amamapare Timika Fakundus Natipia

 

Timika- Jayapurapost.com || Kampung Amamapare Timika, yang berada disebelah Timur Kabupaten Mimika, atau masuk dalam wilayah administratif Distrik Mimika Timur Jauh tidak memiliki fasilitas ibadah yang layak, seperti halnya kampung-kampung lainnya.

 

Ditemui di sela-sela kegiatan patroli gabungan, Kepala Kampung Amamapare Fakundus Natipia mengatakan, pihaknya telah mengusulkan pembangunan gedung gereja kepada pemerintah daerah melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) kampung dan distrik.

 

Ia menjelaskan, pengusulan pembangunan gereja bukan kali ini saja, tetapi pengusulan pembangunan gereja sudah diusulkan sejak tahun 2016 lalu hingga memasuki tahun 2022. Ia mengakui bukan hanya gereja di Kampung Amamapare saja yang menjadi prioritas melalui ada program lain yang menjadi fokus pemerintah Mimika.

 

“Kami tidak ada tempat ibadah dan juga balai Kampung, setiap kali musrenbang tingkat Kampung, distrik pembangunan gereja dan balai jadi usulan kami, tapi selama ini kami usulkan dari tahun 2016 sampai saat ini tidak pernah terealisasi,” kata Fakundus di Cargodok, Kampung Amamapare, Distrik Mimika Timur Jauh, Mimika, Papua, Senin (26/9/2022).

 

Untuk tetap menjalankan ibadah minggu, warga menggunakan gedung serbaguna. Gedung tersebut sering digunakan untuk ibadah dan juga digunakan sebagai balai desa untuk pelayanan masyarakat

 

“Jangankan gereja, balai Kampung saja tidak ada, jadi kami biasa pakai gedung serbaguna untuk ibadah dan pelayanan untuk masyarakat,” ungkapnya.

 

Kampung dengan 270 kepala keluarga dengan  jumlah jiwanya mencapai seribu lebih itu mengharapkan adanya bangunan gereja sebagai sarana untuk beribadah.

 

Sementara dari sisi pelayanan pendidikan dan kesehatan. Kata Fakundus, pelayanan telah berjalan baik, bangunan sekolah telah direhab kembali. Hanya saja yang menjadi persoalan, guru dan tenaga kesehatan tidak bisa menetap disana karena belum ada perumahan bagi mereka.

 

Yang menjadi permasalahan jika ada warga yang sakit di malam hari, dan membutuhkan pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, warga harus pergi ke kampung Ayuka yang berjarak agak jauh dengan menggunakan perahu.

 

“Untuk pelayanan pendidikan berjalan seperti biasa, begitu juga kesehatan, hanya petugas kesehatan ini tidak menetap karena tidak ada tempat tinggal,” jelasnya. (Rafael)