Foto : Plt Sekda bersama Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Jayapura berfoto bersama dengan para pemenang lomba FTBI Port Numbay 2025
JAYAPURA, JayapuraPost.com – Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) Port Numbay 2025 resmi ditutup pada Jumat malam (19/9/2025) di salah satu hotel di Kota Jayapura. Ajang tahunan ini tidak hanya menjadi wadah kompetisi, tetapi juga ruang pembelajaran, perjumpaan, dan perayaan budaya, khususnya bagi generasi muda untuk mengenal, memahami, sekaligus mencintai bahasa ibu mereka.
Plt Sekda Kota Jayapura, Evert Meraudje, dalam sambutannya saat menutup acara menegaskan bahwa FTBI merupakan bukti nyata bahwa bahasa daerah masih hidup dan layak untuk terus dilestarikan. “Selama dua hari para peserta telah menunjukkan kemampuan mereka dalam pidato, baca puisi, mendongeng, nyanyian rakyat, hingga stand up comedy menggunakan bahasa ibu. Ini menandakan bahasa daerah masih eksis dan bernyawa, hanya saja perlu terus direvitalisasi,” ujar Evert.
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa revitalisasi bahasa ibu bukanlah semata tanggung jawab pemerintah, melainkan tugas bersama seluruh lapisan masyarakat. “Bahasa ibu adalah identitas, jati diri, dan warisan budaya yang tak ternilai. Menjaganya berarti menjaga peradaban kita. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada sinergi keluarga, sekolah, komunitas adat, dan masyarakat luas,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Pemkot Jayapura menyampaikan empat pesan penting terkait pelestarian bahasa ibu:
-
Menjadikan bahasa ibu sebagai bahasa kebanggaan.
-
Menghidupkan kembali penggunaan bahasa ibu dalam keluarga dan komunitas.
-
Mendorong sekolah-sekolah memberi ruang bagi anak-anak untuk mengenal dan mencintai bahasa ibu.
-
Membangun sinergi pemerintah, masyarakat, dan lembaga adat dalam menjaga bahasa sebagai warisan budaya bernilai tinggi.
Namun, Evert juga mengakui tantangan besar yang dihadapi, yakni semakin berkurangnya penutur asli bahasa daerah seiring perkembangan zaman. “Anak-anak kita harus kembali ke kampung, mengenal akar budaya, memahami bahasa ibu, lalu mengambil peran untuk melestarikannya. Itu tugas generasi muda ke depan,” ungkapnya penuh harap.
Festival FTBI Port Numbay 2025 diikuti oleh sekitar 120 peserta dari tingkat SD hingga SLTP se-Kota Jayapura. Berbagai lomba digelar, mulai dari pidato dalam bahasa Nafri, membaca cerita rakyat, mendongeng, membaca puisi, hingga stand up comedy. Tahun ini empat bahasa daerah dipertandingkan, yakni bahasa Skouw, Nafri, Sentani, dan Kayu Batu. Namun khusus bahasa Skouw, panitia mencatat belum ada peserta yang berpartisipasi.
Ketua Panitia FTBI, Grace Linda Yoku, yang juga Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, menegaskan bahwa festival ini bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan wahana yang memiliki nilai budaya tinggi. “Pelestarian bahasa berarti menjaga budaya. Tahun ini ada empat bahasa yang dilombakan, dan tahun depan kami targetkan lomba bahasa Skouw dapat lebih diminati. Kami berterima kasih kepada sekolah-sekolah dan para siswa yang sudah ikut ambil bagian,” jelasnya.
Melalui FTBI, kata Grace, anak-anak Papua tidak hanya belajar bahasa ibu, tetapi juga membangun rasa percaya diri, identitas, serta cinta pada budaya lokal. “Inilah investasi kita untuk masa depan. Bahasa adalah budaya, dan budaya adalah tanggung jawab bersama,” pungkasnya.
Dengan ditutupnya FTBI Port Numbay 2025, Pemkot Jayapura kembali menegaskan komitmennya: melestarikan bahasa ibu bukan pilihan, tetapi kewajiban untuk menjaga warisan budaya dan jati diri masyarakat Papua. (Redaksi/Lnny)