HARGA BBM NAIK, TARIK OJEK DAN ANGKUTAN TIDAK PERNAH NAIK

 

Timika-Jayapura Post.com

Kebijakan kenaikan harga BBM di Mimika oleh pemerintah pusat menuai pro dan kontra dikalangan masyarakat Mimika, Papua terlebih khusus bagi penarik ojek dan warga sangat terasa pasca kenaikan harga BBM, dan juga kebutuhan pokok lainnya.

 

Salah satu penarik ojek, Jimi mengungkapkan bahwa kenaikan harga BBM sangat memberatkan para penarik ojek karena tarif ojek dan angkutan lainnya tidak kunjung ada kenaikan sejak 10 tahun terakhir.

 

Justru mereka menetapkan tarif ojek berdasarkan kesepakatan bersama antara tukang ojek dan penumpang, namun sering kali dibayar dengan harga yang tidak sesuai. Para penarik ojek selalu mengalah lantaran demi mendapatkan pemasukan setiap harinya.

 

“Kenaikan BBM ini, kami tukang ojek ini merasa berat dengan kondisi saat ini, apalagi habis covid. Istilahnya kami itu timbang-timbang, ongkosnya ojek juga tetap sekian dari jaman dulu walaupun harga BBM naik, tidak ada perubahan,” kata Jimi di sebuah warung gorengan di bilangan jalan Serui Mekar, Kelurahan Otomona, Distrik Miru, Mimika, Papua, Senin (5/9/2022).

 

Sebagai masyarakat kalangan bawah, tidak mengharap banyak dari pemerintah pusat, ia dari sekian banyak penarik ojek di Mimika mengharapkan agar harga BBM kembali normal.

 

“Kalau ekonomi stabil kita mungkin imbangi dengan harga. Jadi kami harapkan BBM kembali normal,” ungkapnya.

 

Sejak hari ini ia menaikan harga ojek, namun dikomplain oleh penumpang, karena tarif yang diberikan dinilai secara sepihak tanpa ada dasar hukum yang jelas, akhirnya tarif ojek tetap mentok di harga Rp 5 ribu untuk lokasi didalam kota.

 

Jimi mengungkapkan, sebelum kenaikan harga BBM, cukup dengan Rp 35 ribu ia bisa mengisi penuh tanki untuk ukuran motor beat, namun sekarang, untuk mengisi full tanki dibutuhkan Rp 55 ribu.

 

“Hari ini saya antar penumpang, dan sudah saya sampaikan harga BBM sudah naik, jadi harga ojek juga naik, tapi masyarakat tetap membayar sesuai tarif yang lama, kalau seperti ini kami yang mau makan apa kita,” ungkapnya.

 

Sementara itu, Terry warga Kelurahan Inauga, Distrik Wania, Mimika, Papua tidak mempersoalkan adanya kenaikan harga BBM kebijakan dari pemerintah, karena itu merupakan kebijakan pemerintah pusat.

 

Namun hanya satu permintaan kepada pemerintah pusat agar memastikan stok BBM didaerah selalu ada. Serta mengawasi pendistribusian BBM dari pertamina ke SPBU, sehingga tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang memanfaatkan situasi.

 

Pemerintah dan kepolisian juga harus mengawasi penyaluran BBM, sebab bisa saja disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu yang sehingga terjadi kelangkaan dan menyebab terjadi kenaikan harga,” ungkap Terry.

 

Selain itu dampak kenaikan BBM akan berpengaruh pada kenaikan sejumlah bahan kebutuhan pokok.

 

“Kami di Papua sini harga barang sudah tinggi jangan sampai di naik lagi imbas dari kenaikan BBM,” ungkapnya.

 

Untuk itu, ia meminta kepada pemerintah daerah agar menerbitkan tarif angkutan yang baru, serta menetapkan harga eceran tertinggi untuk semua item kebutuhan pokok, sehingga para pedagang tidak sesuka hati menetapkan harga keburu pokok.

 

“Jadi kalau bisa tarif angkut disesuaikan, dan pemerintah menetapkan HET untuk semua kebutuhan pokok,” tuturnya. (Rafael).