Makna Filosofis Pelantikan Gubernur Papua di Istana Negara: Simbol Kesetaraan dan Politik Kasih dari Timur Indonesia

Artikel : Dr. Muhammad Rifai Darus/Juru Bicara Mari-Yo

JAKARTA, Jayapura Post.Com— Pelantikan Gubernur Papua, Mathius Fakhiri, dan Wakil Gubernur Papua, Aryoko Rumaropen, oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta,pada  menjadi momentum bersejarah yang melampaui makna seremonial politik. Peristiwa ini menghadirkan simbol kuat tentang kesetaraan antara pusat dan daerah, sekaligus mengandung pesan filosofis kebangsaan yang mendalam.

Dalam perspektif filsafat politik Habermas, pelantikan tersebut dapat dimaknai sebagai komunikasi deliberatif antara negara dan rakyat—sebuah ruang pengakuan timbal balik di mana kekuasaan memperoleh legitimasinya bukan semata dari hukum, melainkan dari kepercayaan rakyat. Pelantikan di Istana Negara menjadi penegasan bahwa Papua bukan sekadar “wilayah jauh di timur”, tetapi bagian utuh dari jantung Republik Indonesia.

Sementara itu, dalam kerangka pemikiran John Rawls, momen ini mencerminkan prinsip fairness—bahwa negara berkomitmen memperlakukan seluruh wilayahnya secara setara, memberi ruang bagi kehormatan politik dan kesejahteraan sosial bagi setiap warga bangsa tanpa membedakan asal-usul dan latar budaya.

Namun, makna terdalam dari pelantikan ini justru berakar pada nilai khas politik Indonesia: politik kasih yang menembus perbedaan. Kasih inilah yang menjadi perekat kebangsaan, yang menghubungkan keberagaman etnis dan iman di Tanah Papua, dan yang meneguhkan tekad untuk membangun dengan hati yang tulus.

Kepemimpinan Mathius Fakhiri dan Aryoko Rumaropen menjadi simbol baru rekonsiliasi Papua — kolaborasi antara pengalaman, kearifan lokal, dan harapan rakyat. Dari jantung kekuasaan di Istana Negara, lahir kembali semangat membangun Papua dengan politik yang mempersatukan, melayani, dan menebarkan kasih.

Presiden Prabowo dalam sambutannya menegaskan bahwa pemerintah pusat akan terus berkomitmen memperkuat pembangunan di Tanah Papua, baik dalam bidang infrastruktur, pendidikan, maupun kesejahteraan sosial.

“Papua adalah bagian dari hati Indonesia. Kita ingin memastikan keadilan dan kemajuan dapat dirasakan di seluruh penjuru negeri,” ujar Presiden Prabowo dalam pidatonya.

Pelantikan ini menandai fajar baru di ufuk timur Indonesia — sebuah harapan akan Papua yang damai, maju, dan sejahtera. Dari Istana Negara, gema pesan itu menggema: politik sejati adalah panggilan untuk melayani, bukan untuk menguasai. (Redaksi)