Foto: Surat Rekomendasi Kemenag Papua.
JAYAPURA, Jayapura Post.Com – Gereja Gerakan Pentakosta (GGP) Papua akan genap berusia 27 tahun pada 3 Oktober 2025 mendatang. Perjalanan panjang ini menjadi bukti nyata kesetiaan Tuhan yang senantiasa menyertai langkah pelayanan gereja di tengah dinamika dan tantangan yang tidak ringan.
Menyambut perayaan syukur tersebut, Ketua MADA GGP Papua, Pdt. Fransiskus Esa SH , menyampaikan beberapa poin penting yang menegaskan posisi dan arah GGP Papua ke depan.
Dalam keterangannya kepada Media ini, Pdt. Fransiskus Esa sebagai Ketua MADA GGP Papua menekankan bahwa hanya ada satu MADA GGP Papua yang sah dan diakui secara resmi, yakni kepemimpinan yang saat ini beliau emban bersama Sekretaris MADA, Pdm. Glorianis K. Paiki, ST.
Bahkan ia menegaskan GGP Papua dibawah kepemimpinannya resmi terdaftar di Kemenag Papua dari tahun 2002 sampai dengan sekarang
“GGP DiTanah Papua hanya ada satu Majelis Daerah (MADA) Gereja Gerakan Pentakosta,sehingga dirinya berharap yang berbeda pandangan untuk segera bergabung untuk membangun GGP Papua ini leih baik kedepan,”ujarnya
Ditambahkannya GGP di Papua telah mengalami dinamika kepemimpinan yang terjaga dengan baik. Hingga saat ini tercatat hanya tiga orang Ketua MADA yang pernah memimpin perjalanan GGP Papua, yaitu:
1. Pdt. Marthin Munua, tokoh pendiri sekaligus Ketua MADA pertama yang memimpin selama dua periode. Beliau dikenal sebagai peletak dasar pelayanan GGP di Papua dan menjadi pionir dalam memperkenalkan GGP kepada masyarakat luas.
2. Pdt. Paulinus Raunsay, yang juga menjalani dua periode kepemimpinan dengan penuh dedikasi, melanjutkan fondasi pelayanan yang telah diletakkan pendahulunya.
3. Pdt. Fransiskus Esa, SH, yang menjabat sejak tahun 2019 hingga saat ini dan resmi melanjutkan kepemimpinan untuk periode 2024–2029.
“Perjalanan GGP Papua adalah bukti nyata bahwa Tuhan terus bekerja melalui para pemimpin yang diutus-Nya. Dari pendiri hingga kini, tongkat estafet pelayanan berjalan dengan baik demi membangun umat yang kuat di dalam Kristus,” ujar Pdt. Fransiskus.
Ia menyatakan keperihatinan atas munculnya pihak-pihak yang mengatasnamakan diri sebagai Ketua MADA GGP Papua di luar kepengurusan resmi.
“Segala bentuk klaim di luar struktur organisasi yang sah adalah ilegal dan tidak dapat diterima. Gereja adalah tubuh Kristus yang kudus, sehingga tidak boleh dikotori oleh kepentingan pribadi, apalagi penyalahgunaan nama organisasi untuk tujuan tertentu,” tegasnya.
Menurutnya, tindakan sepihak semacam itu berpotensi menimbulkan perpecahan di tengah jemaat, sehingga harus disikapi secara serius, bahkan melalui jalur hukum jika diperlukan.
Bukan tanpa alasan,Fransiskus menambahkan bahwa untuk mendapatkan rekomendasi minimal dalam satu organisasi agama GGP harus memiliki 10 Jemaat .
Lebih jauh, Pdt. Fransiskus mengajak seluruh jemaat, para hamba Tuhan, serta pengurus di semua tingkatan organisasi untuk menjadikan HUT ke-27 ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi sebagai momentum penyatuan hati, peningkatan mutu pelayanan, dan penguatan iman jemaat.
“Kita harus tetap setia pada visi dan misi GGP. Tugas utama kita adalah menjaga kesatuan tubuh Kristus, mengedepankan kasih, dan menghadirkan gereja sebagai rumah rohani yang memancarkan terang Injil di tanah Papua,” ujarnya.
Sejak berdirinya, GGP Papua telah melewati berbagai tantangan, baik dari sisi internal maupun eksternal. Namun di balik itu semua, terdapat jejak penyertaan Tuhan yang nyata, sehingga gereja ini tetap bertumbuh dan memberi dampak pelayanan.
Perayaan HUT ke-27 tidak hanya menjadi kilas balik perjalanan panjang pelayanan, tetapi juga peneguhan komitmen bahwa GGP Papua akan terus melangkah maju membawa damai sejahtera Kristus, bukan hanya bagi tanah Papua, tetapi juga bagi bangsa Indonesia.
Selain itu Pdt. Fransiskus Esa menitipkan pesan penting kepada generasi penerus GGP Papua.
Ia menegaskan bahwa regenerasi dalam kepemimpinan dan pelayanan adalah kunci agar gereja ini tetap relevan dalam menjawab kebutuhan zaman.
“Anak-anak muda Papua harus bangkit, mengambil bagian dalam pelayanan, dan menjadikan gereja ini sebagai wadah yang mempersatukan serta meneguhkan iman. Hanya dengan kesetiaan dan pengorbanan, kita bisa menjaga gereja ini tetap kuat dalam panggilannya,” pungkasnya.