
JAYAPURA – Jayapura Post.Com –Pemenuhan ketersediaan air bersih di Kota Jayapura masih menjadi dilema bagi setiap warga Kota Jayapura.
Betapa tidak, dari tahun ke tahun bahka pergatian pejabat dari periode ke periode hal ini masih belum terselesaikan dengan baik. Ada warga masyarakat yang hanya bisa menikmati air bersih seminggu sekali,dua minggu sekali bahkan adapula masyarakat yang tidak menikmati ketersediaan air bersih.
Hal ini menjadi perhatian salah satu tokoh adat suku Dawir, Boy M Dawir untuk memcari penyelesaian pemalangan ini bersama dewan adat suku ireew.
Ini diungkapkan Boy M Dawir disela sela pertemuan dua suku adat dalam membahas pemalangan pembangunan Intek di daerah kedua suku adat ini pada (18/02/25)
Boy M Dawir mengatakan sebenarnya kota Jayapura memiliki stok air bersih yang cukup namun selalu berkendala ,diantaranya sering ada palang memalang dilokasi pembangunan intake yang membuat masyarakat masih susah mendapat air besih.
“Sebenarnya ada program pembangunan dari pemerintah provinsi Papua melalui dinas PU untuk penyediaan air bersih bagi masyarakat di Kota jayapura ,”terang Boy M Dawir.
Sebagai Tokoh adat suku Dawir ,Boy M Dawir telah berkomitmen untuk berkonsentarasi penuh pada pembangunan infrastruktur pendukung bagi masyarakat Kota Jayapura dalam hal ini pemenuhan air bersih.
“Hari ini kami suku Dawir dan suku Ireew duduk bersama mencari solusi atas pemalangan yang dilakukan di daerah perbatasan suku ireew dan suku dawir yang menyebabkan pembangunan inteke air bersih ini mengalami hambatan ,”ungkap Mantan Anggota DPR Papua 4 Periode wilayah Dapil 2.
Dijelaskan Boy Dawir dari sisi APBD saat ini dirinya bersama PU Provinsi Papua lagi konsen untuk mengambil sumber air dari kali sborhonyi sehingga akan diupayakan untuk membuka palang ini.
“Jika BPK telah memeriksa daerah yang dipalang ini maka kami dari pihak adat akan mengawal proses ini dengan memaksimalkan untuk membuka palang sehingga proses pembanguna ini dapat dilanjutkan ,karena kebutuhan air bersih sangat dibutuhkan masyarakat adat di kampung Tobati dan Enggros ”ujar Boy M Dawir.
Sedangkan dari sisi APBN ,Boy Dawir telah berkoordinasi bersama balai wilayah sungai dan balai cipta karya beserta pemerintah kota dan kabupaten untuk intake di Kampwolker bisa bergabung bersama intake di skyland guna melayani pemenuhan air bersih yang cukup bagi masyarakat Kota Jayapura.
“PDAM dipercayakan pemerintah kota dan kabupaten sebagai sebuah instansi badan usaha milik daerah bertanggung jawab untuk mengelola air bersih ini agar memiliki stok air yang cukup guna pelayanan air bersih bagi rakyat di Kota ini,”tegasnya.
Dirinya berharap seluruh warga kota Jayapura termasuk para pemangku adat untuk bersinerji mencari solusi demi kepentingan bersama
“Stop sudah aksi palang memalang, tetapi sebagai anak anak adat mari kita semua suku yang memiliki tanah ini untuk kita semua satu visi bergandengan tangan memikirkan bagaimana pipa pipa intake ini dapat berjalan baik untuk kepentingan semua rakyat yang ada di kota Jayapura ,”tutup BMD.
Hal senada juga diungkapkan Dewan Adat Suku Ireew Yohanes Ireew yang sangat menyesali adanya pemalangan di daerah batas suku dawir dan ireew yang mengakibatkan terhambatnya pembangunan Intake air bersih ini.
“Sebagai Dewan Adat Suku Ireew saya tegaskan air dan tanah adalah pemberian Tuhan bukan usaha manusia jadi tolong siapa yang telah memalang di daerah suku kami agar segera palang ini dibuka demi kepentingan masyarakat Kota jayapura,”imbau Yohanes Ireew
Kepada Media Jayapura Post, Marthen Buan pelaksana lapangan dari PT Geranta Bangun Persada menjelaskan kronologis pemberhentian kerja Intake yang dilakukan selama ini.
“Kami pihak perusahaan yang ditugaskan dalam pengerjaan Intake Air Bersih namun dalam perjalanan pengerjaan ini pemalangan demi pemalangan terus terjadi di wilayah kerja dilokasi kami,”bebernya.
Bahkan kata marthen buan di bulan Januari sudah 2 kali lokasi ini dipalang oleh suku Afaar sehingga efektivitas kerja kami tidak maksimal,kerja hanya berapa hari kerja kemudian berikutnya dipalang
“Pada tanggal 7 Februari 2025 kami resmi mundur dan memang kami diberhentikan oleh suku Affar dengan alasan kami harus membayar hak ulayat sehingga akhirnya kami mundur dan menarik semua peralatan ,dan atas keputusan bersama antara Pihak Pemerintah Daerah dalam hal Inspektorat dan kontraktor untuk pekerjaan ini tidak dilanjutkan dulu sambil menunggu AUDIT audit dari BPK RI,”ungkap Marthen Buan.
Ia berharap masih diijinkan untuk melanjutkan pekerjaan ini usai diaudit BPK RI.
“kami siap bekerja lagi karena dari awal kami semangat menyelesaikan pekerjaan ini demi kepentingan masyarakat di kota jayapura,”pungkas Mathen Buan