PEMKAB JAYAPURA LAUNCHING PENGGUNAAN ATRIBUT BUDAYA DI SEKOLAH

 

Caption :Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw saat foto bersama dengan siswa SD Inpres Abeale 1 dan 2 usai kegiatan lonching penggunaan atribut budaya, Jumat (5/8/2022).

 

Sentani, – JayapuraPost.com || Pemerintah Daerah Kabupaten Jayapura telah melunching penggunaan atibut budaya seperti noken dan topi bulu kasuari serta penggunaan bahasa ibu sebagai kurikulum muatan lokal di seluruh sekolah di Kabupaten Jayapura.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jayapura, Ted Mokay mengatakan, pencanangan saat ini terhadap penggunaan atribut budaya oleh Bupati Jayapura di SD Inpres Abeale 1 dan 2 maka 50 sekolah di Kabupten Jayapura secara resmi setiap hari kamis akan menggunakan noken dan topi bulu kasuari ke sekolah mereka masing-masing.

”Perbubnya sedang kita usul dan dikerjakan oleh bagian hukum, karena penggunaan atribut budaya ini bukan hal baru. Dilaunching agar serempak digunakan oleh anak sekolah, guru-guru dan mungkin saja masyarakat secara luas,” ujar Mokay di halaman SD Inpres Abeale 1 Sentani, Jumat (5/8/2022).

Dikatakan, penggunaan atribut budaya ini sesungguhnya menjadi simbol bagaimana kita menjaga, mengembangkan, serta melestarikan nilai-nilai budaya sejak dini kepada anak didik disetiap sekolah termasuk bahasa ibu yang dijadikan pelajaran muatan lokal di sekolah.

“ Karakter terhadap nilai budaya sangat penting untuk di jaga dan diangkat sejak dini. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, budaya ini tidak hanya bagi anak-anak lokal tetapi anak – anak seluruh nusantara yang ada di papua secara kusus di kabupaten jayapura wajib menjaga dan melestarikan nilai budaya lokal dimana mereka tinggal,” jelasnya.

Sementara itu, Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, dalam sambutannya sebelum melaunching penggunaan atribut budaya di SD Inpres Abeale 1 dan 2 mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi inisiatif seluruh guru-guru yang telah melaksanakan kegiatan lonching pada saat ini.

Mathius juga mengatakan, pendidikan saat ini sudah tidak bisa dibatasi oleh ruang kelas dan sekat seperti yang dijalani disetiap sekolah di Kabupaten Jayapura, perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk bagaimana mencerdaskan anak-anak kita supaya wawasannya lebih luas, dipergunakan dimana saja, tetapi tetap mempertahankan jatidirinya sebagai anak adat dimana dia berasal.

“ Ini sejarah baru di kabupaten jayapura, kepada semua yang telah berinisiatif melaksanakan pencanangan penggunaan atribut budaya. Karena saat ini juga kita sedang mengajar anak-anak kita untuk menjaga sikap dan perilaku mereka terhadap jati diri dan budaya saat ini dan waktu yang akan datang,” jelas Mathius.(EW)