JAYAPURA, Jayapura Post.com – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H/2025 M menjadi lebih dari sekadar tradisi keagamaan bagi SMP Negeri 9 Jayapura.
Sekolah yang berada di jantung keberagaman Kota Jayapura ini menjadikan momentum tersebut sebagai ruang pembelajaran hidup tentang persaudaraan, toleransi, dan moderasi beragama.
Rabu (11/08/2025), siswa bersama guru dan pimpinan sekolah hadir di Pondok Pesantren Yaa Bunaya, Kampung Yoka, Distrik Heram.
Kehadiran mereka bukan hanya untuk mengenang kelahiran Rasulullah SAW, tetapi juga untuk memperkuat jembatan silaturahmi antara lembaga pendidikan umum dan lembaga keagamaan Islam.
Yang membuat kegiatan ini semakin bermakna, hadir pula guru dan siswa non-muslim yang ikut larut dalam suasana peringatan Maulid.
Fenomena ini sekaligus menjadi cermin nyata wajah SMPN 9 Jayapura: sekolah yang tumbuh dan berkembang dalam kebersamaan lintas beragama.
Plt. Kepala SMPN 9 Jayapura, Panjaitan, menegaskan bahwa moderasi beragama bukan sekadar wacana, tetapi sudah menjadi budaya di sekolah yang membina lebih dari 1.208 siswa itu.
“Kami ingin menegaskan, kehadiran kami di sini adalah bagian dari merawat persaudaraan. SMPN 9 adalah miniatur Indonesia, di mana anak-anak dari berbagai agama belajar bersama, saling menghargai, dan menumbuhkan rasa kebangsaan. Inilah praktik moderasi beragama yang sesungguhnya,” ujarnya.
Sekretaris Ponpes Yaa Bunaya, Ustaz Teguh, menyambut dengan penuh syukur.
Menurutnya, silaturahmi ini merupakan teladan baik bagi generasi muda, bagaimana membangun persaudaraan tidak hanya sebatas sesama umat Islam, tetapi juga antarwarga bangsa.
“Kita belajar dari Rasulullah SAW, bahwa akhlak mulia beliau menjadi rahmat bagi semesta. Maka, silaturahmi ini bukan hanya ritual, melainkan langkah nyata meneladani Nabi dalam menjaga harmoni,” ungkapnya.
Menariknya, salah seorang guru non-muslim, Lusi, juga menyampaikan kesan mendalam. Ia menuturkan bahwa di SMPN 9, kebersamaan lintas agama sudah menjadi tradisi turun-temurun
“Kalau ada perayaan keagamaan Islam, guru-guru Kristen ikut membantu panitia. Begitu juga sebaliknya, jika ada perayaan Natal, guru-guru muslim ikut terlibat. Budaya ini mengajarkan kami dan para siswa bahwa keberagaman bukan penghalang, melainkan kekuatan,” katanya.
Acara diakhiri dengan tausiyah tentang pentingnya meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW yang universal: kejujuran, kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama. Nilai-nilai inilah yang diharapkan dapat ditanamkan kepada seluruh siswa tanpa memandang latar belakang agamanya.
Kunjungan SMPN 9 Jayapura ke Ponpes Yaa Bunaya ini bukanlah yang pertama, melainkan kelanjutan dari tradisi yang terus dijaga. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi penegasan bahwa moderasi beragama bukan hanya jargon, melainkan praktik hidup yang nyata, tumbuh dari ruang-ruang pendidikan, dan memberi teladan bagi masyarakat luas. (Redaksi/Lnny)